Kelahiran Sang Rasul…

Tahun 571 M, dikenal dengan tahun Gajah tak selang lama setelah penyerbuan Ka’bah yang dilakukan Abrahah, lahir bayi suci bernama Muhammad. Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal, para ahli sejarah menyebut pada tanggal 20 April.
Kelahiran bayi yatim itu kelak membawa perubahan besar bagi peradaban manusia. Bapaknya, Abdullah meninggal sejak usia 7 bulan sebelum ia lahir.
Perjalanan hidupnya, di warnai dengan perjuangan dan pengorbanan untuk tegaknya Islam. Onak duri dan aral melintang tak luput menyapa, pun sejak berusia 6 tahun telah ditinggal sang Ibu. Tertatih dan membuat haru, pada usia yang ke 8 kakek yang mengasuhnya lagi – lagi dipanggil Sang Ilahi. Orang yang mengasihi dan mengasuhnya itu telah pergi untuk selamanya.
Terpaan badai kehidupan telah membuatnya menjadi Muhammad yang tegar. Tepatlah bila, Allah memilihnya sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Sebuah amanah berat, yang hanya dapat dipikul oleh hamba-hamba Allah pilihan. Ayunan langkahnya telah mengukir prestasi menterjemahkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari, tertuang dalam bait suci hadits Nabi.
Perkataan, Perbuatan dan gerak geriknya layak diabadikan sepanjang zaman sebagai sunnah Rasul yang patut diteladani. 14 Abad silam hingga hari ini, kepiawaiannya diakui lawan maupun kawan. Kelahiran Sang Nabi, hadir pada waktu yang tepat, saat manusia membutuhkan sosok figure teladan yang membawa pencerahan umat. Mengentaskan kebodohan penyembahan berhala menuju pada peyembahan Rabb manusia yang sesungguhnya.
Namanya hanya boleh dikenang dengan menjalankan sunnah – sunnahnya, tanpa membuat ritual baru. Perayaan maulid nabi dengan ritual – ritual tertentu hanya dapat berakibat pada pengkultusan individu dan kemusyrikan baru. Nabi, adalah manusia biasa yang diberi wahyu, bukan penjelmaan wujud Tuhan.
Serangkaian perayaan peringatan tak ubahnya hari raya baru yang belum pernah ada sebelumnya. Maulid Nabi hanyalah rangkaian detik-detik bersejarah dalam Islam bukan hari raya yang harus diramaikan dengan beragam kegiatan apalagi acara rutinitas tahunan. Sudah saatnya umat Islam tidak terjebak dengan acara seremonial belaka, melainkan mengimplementasikan ajaran beliau dalam berbagai aspek kehidupan yang lebih nyata@