ALQURAN SANGAT MEMULIAKAN NABI ISA

Allah berfirman:
لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

"(Orang-orang beriman mengatakan), 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.' Dan mereka mengatakan, 'Kami dengar dan kami taat.' (Mereka berdoa), 'Ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.'" (QS. al-Baqarah: 285)

Banyak ayat dan hadits Nabi yang menceritakan kemuliaan Nabi Isa q. Beliau di mata umat Islam sangat terhormat kedudukannya. Beliau adalah seorang Nabi utusan Allah, manusia pilihan Allah yang menyeru kepada kedamaian abadi, yaitu agama Islam itu sendiri. Dalam akidah kita mempercayai Nabi Isa sebagai:
- Salah seorang Nabi dari Nabi-Nabi Allah yang Maha Mulia, dia juga termasuk dari lima orang Ulul Azmi.
- Atas kuasa Allah, dilahirkan secara wajar sebagaimana makhluk lainnya. Dan hidup normal sebagaimana makhluk lainnya dari anak-anak, remaja, pemuda sampai tua
- Orang yang memiliki permulaan dan memiliki akhiran. Nabi Isa q diciptakan ketika Allah I berkehendak menciptakannya. Dan akan mati ketika telah sampai ajalnya.
وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam: 33)

Islam Sangat memuliakan Nabi Isa dan Ibunya
Marilah kita simak bersama sebuah kisah langka namun lembut dengan dialek al-Quran yang akan memperlihatkan posisi Isa di mata orang muslim yang mencintainya dan menganggapnya sebagai seorang Nabi yang mulia dan manusia yang terjaga:
- Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka
- Lalu kami mengutus ruh kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dengan bentuk) manusia yang sempurna.
- Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.”
Maryam adalah seorang yang suci dan terjaga, tidak seperti orang yang mengaku pengikutnya kemudian melihat perzinaan dan melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan sebagai sesuatu yang biasa..!
- Ia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.”
- Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku memiliki seorang anak laki-laki, padahal tidak seorang pun menyentuhku dan aku pun bukanlah pelacur.” (Lihat QS. Maryam: 17-20)
Seorang perempuan yang mulia hanya akan dimiliki oleh seorang laki-laki secara halal, sedangkan Maryam belum menikah, dan dia bukan pula seorang penzina. Maka sungguh mengherankan jika ada seseorang yang hamil tanpa dua hal tersebut. Maka perempuan manakah yang mengaku-ngaku mencintainya? Jika dia benar-benar pengikutnya, niscaya dia akan mempercayainya dan hidup dengan melaksanakan apa yang telah dilaksanakan olehnya; yaitu kemuliaan, keterjagaan dan kesucian yang sempurna.
- Jibril berkata, “Demikianlah. Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.'”
- Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungan itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma.
- Ia berkata, “Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”
- Maka Jibril menyerunya dari tempat yang lebih rendah, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”
- "Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, maka pohon kurma itu akan menjatuhkan buahnya yang telah matang kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah."
- "Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun hari ini.'" (Lihat QS. Maryam: 21-26)

Nabi Isa q tidak dilahirkan pada musim dingin, tetapi di musim panas. Dan bersandarnya Maryam di bawah pohon kurma pun terjadi di musim panas. Jika kejadiannya terjadi pada musim dingin, niscaya Maryam dan anaknya pasti akan mati karena kedinginan. Para ulama berpendapat bahwasanya proses kehamilan Maryam dan lahirnya Isa q terjadi di saat buah kurma sedang matang. Meskipun sebagian orang berpendapat bahwasanya apa yang terjadi pada Maryam merupakan sebuah mukjizat, maka kami berpendapat: sesungguhnya Maryam berada di luar Ma’bad dan jauh dari manusia. Yang ada padanya bukanlah sebuah mukjizat melainkan ketakutan berada di tempat yang tidak dia ketahui dan bahwasanya dia berada dalam posisi yang sangat sulit.
- Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya.
- Kaumnya berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” “Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu bukanlah orang yang jahat, dan ibumu bukanlah seorang pelacur.” (Lihat QS. Maryam: 27-28)
Coba Anda perhatikan keadaan dan perasaan Maryam saat itu, dan apa yang telah direncanakan oleh Allah untuk menyelamatkannya, dengan tidak berbicara.
- Maka Maryam menunjuk kepada anaknya.
- Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami akan berbicara kepada anak kecil yang berada dalam ayunan?”
- Isa berkata: (1) Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, (2) Dia memberiku al-Kitab. (3) Dan Dia menjadikanku seorang Nabi. (4) Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkati di mana pun aku berada. (5) Dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup. (6) Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka.” (Lihat QS. Maryam: 29-32)

Nabi Isa q telah menyampaikan kabar gembira akan kedatangan seorang Nabi setelahnya yaitu Muhammad e . Di mana hal ini tertuang dalam surat ash-Shaff ayat 6:
“….dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang bernama Ahmad (Muhammad).”

Dan pengikutnya adalah orang-orang yang membenarkan dan percaya kepada Nabi Muhammad yang ummi, yang mendatangkan keberkahan bagi alam semesta dan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
Ya Allah, sesungguhnya kami beriman kepada Isa sebagai Nabi yang mulia yang menyeru untuk beribadah kepada-Mu, dan menjelaskan serta menyampaikan amanah dan risalah-Mu.
Ya Allah, semoga shalawat dan keselamatan tetap tercurahkan kepada baginda kami Nabi Muhammad dan kepada para Nabi-Nabi yang lain, dan kumpulkanlah kami dengan hamba-hamba-Mu yang shalih. (Diterjemah dari makalah Dr. Utsman Qodry)
Readmore »

Nabi Isa belum meninggal

Persangkaan kaum Nasrani bahwa Nabi Isa telah meninggal dibantah keras oleh Allah I di dalam Al Quran. Dalam banyak ayat Allah menerangkan bahwa Nabi Isa hanya diangkat ke sisi-Nya, kemudian di akhir zaman akan dikembalikan ke bumi sebagai tanda akan datangnya hari kiamat. Meski demikian banyak kaum Nasrani yang mendebat Al Quran dengan pernyataan-pernyataan mereka berikut ini:
Kaum Nasrani berpendapat, “Bagaimana mungkin kalian berpendapat bahwasanya dia tidak mati -meskipun pada dasarnya mereka meyakini bahwasanya Tuhan tidak mati, akan tetapi mereka hanya ingin berdebat saja, sementara di dalam kitab suci kalian disebutkan dalam surat Ali 'Imran ayat 55:

إِذْ قَالَ اللهُ يَاعِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“…..: Hai Isa, sesungguhnya Aku menyampaikan kepadamu hari ajalmu, dan mengangkatmu di sisi-Ku, dan Aku menyucikanmu dari orang-orang kafir, dan menjadikan para pengikutmu berada di atas orang-orang yang tidak beriman hingga hari kiamat…”

Mereka kemudian berargumen dua hal berdasarkan al-Quran:
1. Sesungguhnya dia mati, dan yang mati tidak akan pernah kembali. Bagaimana mungkin kalian berkata bahwasanya orang yang telah mati akan kembali lagi di akhir zaman nanti?
2. Di mana pun dan kapan pun, orang-orang yang mengikuti ajaran Isa q adalah orang yang paling baik.

Sanggahan Terhadap Pendapat Pertama: sesungguhnya kalimat “mutawaffiika” dalam konteks ayat tersebut bukanlah berarti “mematikan atau membuat sesuatu menjadi mati”, akan tetapi yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah menahan ruhnya saja. Di sini akan diutarakan beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan hal tersebut:
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَاجَرَحْتُم بِالنَّهَارِ

“Dan Dia-lah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu lakukan pada siang hari.”(QS. al-An’ām: 60)

Kata “yatawaffaakum billaili” dalam ayat tersebut bermakna menidurkan di malam hari. Imam al-Qurthuby berpendapat bahwasanya kematian dalam konteks ayat tersebut bukanlah kematian yang sesungguhnya, tetapi hanya menahan roh untuk sementara waktu—di malam hari—. Ibnu Abbas a berpendapat sama seperti yang diutarakan Imam al-Qurthuby tetapi dengan redaksi yang berbeda: menahan ruh kalian di saat tidur.
Surat az-Zumar ayat 42:
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.

Allah menahan ruh manusia pada dua waktu, Pertama: orang yang telah sampai pada ajalnya dan mati. Kedua: orang yang belum sampai pada ajalnya, maka ruhnya akan dikembalikan pada jasadnya sampai pada waktu yang telah ditentukan; yaitu kematian yang telah ditakdirkan Allah I atas segala sesuatu yang hidup.
Jika demikian, maka kalimat mutawaffiika bermakna menahan ruhmu (Isa) dan mengangkatmu di sisi-Nya, menyucikanmu dari orang-orang kafir. Dan hal ini tidak dikatakan selain kepada Isa dengan alasan Isa tidak mati, dan dia akan kembali ke dunia sebagai tanda hari akhir akan datang. Allah I berfirman untuk menguatkan hal tersebut dalam surat An Nisa’ ayat 157-159:
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh) ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar berada dalam keraguan tentang yang dibunuh. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapakah yang telah mereka bunuh, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan Allah-lah yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana”

Allah I juga berfirman dalam surat az-Zukhruf ayat 61,
“Dan sesungguhnya Isa benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu tentang kiamat…”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya kembalinya Isa q ke dunia adalah tanda-tanda bahwasanya kiamat semakin dekat.

Sanggahan Terhadap Pendapat Kedua: orang-orang yang mengikuti al-Masih q adalah orang yang percaya bahwasanya dia adalah seorang Nabi, utusan, manusia biasa, dan sebagai hamba Tuhan, bukan mempercayainya sebagai Tuhan yang memelihara dan Tuhan yang menguasai. Disebutkan dalam surat Maryam ayat 30-32, Isa berkata ketika Ibunya memberi isyarat kepadanya:
“Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab dan Dia menjadikanku seorang Nabi, dan Dia menjadikanku orang yang diberkati di mana pun aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”

Kaum Nasrani berpendapat bahwasanya Isa q adalah yang Maha Satu yang dilahirkan tanpa ayah, bahkan titisan dan atau anak Allah. Jawabannya ada pada ayat lain yang menyatakan bahwasanya Adam q diciptakan oleh Allah dengan meniupkan ruh kepadanya. Allah I berfirman dalam surat al-Hijr ayat 29 dan surat Shaad ayat 72:
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”.

Allah juga berfirman dalam surat Sajadah ayat 9:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh-Nya… ”

Maka berdasarkan ayat ini, semua ruh kita adalah bagian dari ruh-Nya. Maka apakah kita adalah anak Tuhan? Kita tidak meragukan lagi bahwasanya Isa q adalah hamba-Nya.
Kita katakan kepada orang-orang yang kagum akan kelahiran Isa q tanpa seorang ayah:
"Sesungguhnya Nabi Adam q diciptakan tanpa ayah dan ibu, dan peristiwa tersebut tentu lebih mengejutkan lagi. Urusan Allah sangatlah luas. Tidak ada lagi hal yang mustahil bagi-Nya, karena Allah I telah menjelaskan bahwa Nabi Isa q diciptakan sebagaimana Nabi Adam q diciptakan, dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. Penciptaan Isa q hampir sama dengan penciptaan Adam q. Nabi Adam q diciptakan dari tanah kemudian Allah berfirman “kun" (jadi) maka kemudian jadilah.@SQ
Readmore »

Ucapan selamat kepada Non Muslim

Indonesia yang penuh dengan kemajemukan masyarakat dan agamanya menyebabkan terjadinya beberapa kesalahpahaman dalam ajaran umat Islam. Tak jarang atas dalih toleransi, umat Islam melakukan sesuatu yang sebenarnya diharamkan agama. Padahal jauh hari Rasulullah telah memperingatkan hal ini. Maka di kesempatan ini kita akan membahas bersama sejauh mana syariat memandang hukum mengucapkan selamat hari raya kepada orang kafir.

Pengertian tahniah atau mengucapkan selamat
Menurut bahasa
Al-Fairuz Abadi dalam kamusnya, al-Hani’ dan al-mahna’ adalah sesuatu yang mendatangimu tanpa kesulitan. Tahniah/tahni’ merupakan kata berlawanan dengan ‘Azza (Lihat al-Qamus: hani’)
Menurut istilah
Adalah kalimat ringan yang diucapkan seseorang pada suatu kesempatan, yang menyenangkan bagi orang lain.
1. Hukum menerima ucapan selamat dari non muslim
Jika mereka mengucapkannya pada hari raya kita dan semata demi kepentingan agama kita, maka mutlak hal itu boleh dan kita disyariatkan untuk menerimanya. Karena pada dasarnya ucapan mereka tidak menyalahi syariat, tentunya dengan ketentuan-ketentuan di bawah ini.
Jika mereka mengucapkannya pada hari rayanya dan semata demi kepentingan agamanya, maka kita dilarang menjawabnya. Karena hal itu tidak pernah disyariatkan dan menjawabnya berarti mengakui kebatilan yang mereka lakukan.
2. Hukum memberi selamat pada non muslim
Ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Ada yang mengatakan boleh dan tidak. Ibnu Qudamah mengatakan dalam al-Miqna’i, “Ada dua riwayat tentang mengucapkan selamat, berbelasungkawa dan mengunjungi non muslim. Dalam syarahnya: “Ucapan selamat dan belasungkawa keluar saat berkunjung pada non muslim.”
Pertama, tidak boleh berkunjung. Sebab, Nabi e melarang memulai salam kepada non muslim terlebih dahulu. Ini adalah makna yang terkandung dalam pernyataan di syarah. Kedua, boleh berkunjung. Sebab, Nabi e pernah mengunjungi seorang pemuda Yahudi yang sedang sakit. Beliau duduk di sisi tempat kepalanya berbaring lalu bersabda, “Masuklah Islam.” Beliau memandang ayah pemuda itu. Ayahnya mengatakan, “Nak, patuhilah Abul Qasim dan ucapkanlah salam.” Lalu Nabi e berdiri seraya bersabda, “Alhamdulillah, Dzat yang telah membebaskannya dari api neraka sebab aku.” (HR. Bukhari – al-Miqna’ dan Syarah 10/456)
Mengucapkan selamat pada non muslim yang tidak ada kaitannya dengan akidah dan agama, tetapi untuk keperluan biasa seperti kepada anak-anak, mendoakan selamat dalam perjalanan dan sebagainya, diperbolehkan berdasarkan firman Allah I, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah: 8)
Fitrah anak pada dasarnya adalah Islam. Maka dengan mengucapkan selamat, mungkin anak-anak non muslim dapat terarah menuju Allah I. Hal ini merupakan teladan Nabi. Nabi e secara perlahan-lahan melakukan dakwah. Beliau tidak pernah memerintah para eksekutor untuk memaksa orang-orang yang masih keras kepala terhadap risalahnya. Beliau bersabda, “Berdoalah agar Allah membebaskan orang-orang yang menyembahnya dari makar orang kafir.” (Shahih Muslim)
Demikian pula mendoakan selamat dalam perjalanan. Mungkin dengan ini hati mereka dapat luluh dan menjadi takjub akan kebesaran agama Islam.
Sedangkan jika berhubungan dengan akidah non muslim, maka mutlak diharamkan. Firman Allah I, “Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Alah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya.” (QS. al-Mujadalah: 22)
Demikian pula dengan atribut-atribut khusus milik mereka, haram sebagaimana penjelasan Ibnu Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah 1/144, “Jika non muslim yang mengucapkannya pada kita, maka kita tidak boleh menjawabnya. Karena hari raya mereka bukanlah hari raya kita dan pada waktu itu murka Allah turun. Mungkin saja hari raya itu mereka buat-buat sendiri. Jika disyariatkan, maka dengan sendirinya telah terhapus dengan datangnya Islam.”(Ringkasan /Majmu’ al-Fatawa 3/69)

Prinsip-prinsip Mengucapkan Selamat dari dan kepada orang kafir
1. Tidak mengakibatkan hati berpaling dan berbunga-bunga dan menimbulkan kasih sayang, baik ucapan itu berasal dari kita atau dari mereka.
2. Ucapan itu tidak berhubungan dengan perbuatan syirik, kufur, bid’ah dan fasik seperti hari raya kelahiran al-Masih atau hari kebangsaan. Karena hal itu sama saja dengan mengakui perbuatan syirik dan bid’ah mereka.
3. Tidak mengucapkan salam terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan hadits shahih, “Janganlah kamu memulai dengan berucap salam pada orang Nasrani dan Yahudi…”
4. Tidak mengandung pengagungan atau melebih-lebihkan. Hal ini berdasarkan hadits shahih, “Janganlah kamu memanggil ‘tuan’ pada orang munafik.”
5. Tidak memakai istilah yang hanya digunakan non muslim. Ibnu al-Qayyim mengatakan dalam Ahkam Ahli Dzimmah 1/144, “ Mengucapkan selamat dengan kata-kata yang biasa dipakai non muslim adalah haram menurut kesepakatan ulama. Seperti ucapan, “Selamat hari raya,” “Semoga hari raya mendatangkan keselamatan bagimu,” dan sebagainya. Ucapan ini jikalah yang mengucapkannya selamat dari kekafiran, maka dia telah terjatuh pada hal yang diharamkan agama. Ucapan tersebut sama halnya seperti mengucapkan selamat kepada orang yang bersujud kepada salib. Bahkan di sisi Allah dosa dan siksanya lebih besar dibanding menganjurkan seseorang minum minuman keras, membunuh atau berzina. Banyak kalangan yang tidak mengenal agama terjebak dalam hal ini. Mereka tidak mengetahui betapa buruknya perbuatan mereka. Sebab, orang yang menganjurkan atau rela dengan kemaksiatan, bid’ah atau kekufuran, berarti dia telah siap akan murka Allah yang akan menimpanya.
Demikian ini pula fatwa Ibnu Utsaimin dalam Fatawa-nya (3/54)
6. Bukan karena kedudukan atau pangkat tinggi mereka. Karena hal itu adalah bentuk kepercayaan dan ketundukan pada mereka. Allah I berfirman, “Dan janganlah kamu cenderung pada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu tersentuh api neraka.” (QS. Hūd: 113)
Para salafusshalih tidak pernah melakukan hal ini.
Syaikh Hamud al-Uqala mengatakan, “Mengucapkan selamat dan keberuntungan pada non muslim karena kedudukan tinggi mereka adalah haram menurut syariat. Sebab hal itu merupakan bentuk kepercayaan dan ketundukan terhadap mereka. (Ringkasan dari Shaid al-Fawaid ‘ala al-Syabakah al-‘Alamiyah)
Readmore »

Posko Peduli Banjir Taruna Al Quran

Posko Peduli Banjir Taruna Al Quran
Saat bencana banjir menguji keimanann saudara-saudara kita, kaum muslimin bahu membahu memberikan bantuan kepada mereka. Memang sebuah musibah sejatinya adalah ujian Allah bagi yang merasakan musibah itu langsung, sekaligus ujian Allah kepada siapa yang menyaksikannya. Akankah mereka terbetik hatinya untuk membantu ataukah tidak.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Pondok di masa Gempa 27 Mei silam, kali ini tidak alpa Pondok dari kalangan para ustad dan santri berusaha membantu saudara-saudara yang terkena musibah banjir. Maka terbentuklah Posko Peduli Banjir Taruna Al Quran.
Latar Belakang didirikannya Posko Peduli Banjir ini tentu sebagai bentuk solidaritas dan empati kepada saudara-saudara muslim yang terkena bencana. Posko ini sudah mulai berjalan sejak 5 Januari 2008 dan melakukan aksi penyaluran bantuan pada tanggal 18 Januari 2008. Alhamdulillah, melalui kerja sama dan bantuan tim yang solid dan kaum muslimin bantuan dapat diberikan kepada mereka yang terkena musibah dan para orang tua santri yang berada di daerah Wonorejo Polokerto Sukoharjo Jawa Tengah.

Geliat Ma'had Aimmah wad Duaat
Pondok Pesantren Taruna Al Quran Ma'had Aimmah wad Duaat yang terletak di Kuta Mega Mendung Bogor Jabar telah menerima santri barunya. Pondok Pesantren yang terletak di bukit hijau nan sejuk ini memang sangat nyaman untuk mendalami ilmu Islam, terlebih menghafal Al Quran. Maka para santri di sana akan digembleng menjadi imam dan dai yang berkualitas. Setelah melalui seleksi ketat dari berbagai ilmu dasar agama, akhlak dan kepribadian, kesehatan dan sebagainya akhirnya jumlah santri yang berhasil lolos sebanyak 21 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah di penjuru Nusantara. Adapun saat ini kegiatan para santri sudah mulai berjalan. Sehari-hari para santri selain belajar ilmu-ilmu keislaman juga amat ditekankan untuk menghafal Al Quran. Tak kurang dari itu guna menambah wawasan, mereka pun diperkenankan pelajaran lifeskill pada pertanian berupa budi daya sayur-sayuran, perikanan, dan peternakan yakni ternak kambing etawa. Tempat yang jauh dari polusi ini tentu membuat para santri nyaman belajar dan memperdalam ilmu agamanya. Semoga Allah selalu menyertai jejak perjuangan mereka, dan siapa saja yang selalu berjuang di jalan-Nya. Amin. SQ
Readmore »

Malu Meminta kepada Allah

Sehari-hari kita selalu mengucapkan Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong). Namun benarkah sehari-hari kita hanya meminta tolong kepada Allah? Meminta tolong yang benar-benar menunjukkan bahwa kita sangat butuh kepada-Nya. Bukan sekedar sebagai sebuah formalitas belaka. Rasanya memang sulit dimengerti manusia. Sudah demikian jelas bahwa Allah ta'ala membukakan pintu-Nya untuk memberi kesempatan bagi manusia untuk meminta, namun kemalasan ruhaniyah selalu saja membuat mereka enggan berdoa. Iyyaka nasta'in-nya lalau sekedar tinggal janji. Kalaupun meminta, yang dipinta hanya perkara-perkara yang berkaitan dunia saja. Istri cantik, harta yang banyak, kendaraan yang mahal, rumah berkelas, dan lain sebagainya.
Tetapi ternyata ada saja hamba Allah yang merasa malu -bukan malas atau enggan- meminta kepada Allah kalau berkaitan dengan urusan duniawi. Sekali lagi bukan karena tidak menghargai Allah, tapi benar-benar karena malu kepada Allah.
Salah satu kisah tentang ioni dituturkan oleh Sufyan ibn 'Uyainah. Suatu saat, Khalifah Hisyam ibn 'Abdul Malik terlihat memasuki Ka'bah. Tak disangka, ia berjumpa dengan Salim ibn 'Abdullah ibn 'Umar.
Ketika sang khalifah melihatnya, beliau memanggilnya dan berkata, "Mintalah sebuah hajat kepadaku!"
"Maaf tuan, tapi aku malu kepada Allah bila aku meminta kepada selain-Nya sementara aku berada di rumah-Nya (Baitullah)," kata Salim ibn 'Abdullah.
"Baiklah kalau begitu" ujar khalifah berlalu.
Tidak lama kemudian, saat keduanya telah selesai menunaikan apa yang mereka inginkan di dalam Baitullah mereka pun keluar. Di luar Baitullah, sang khalifah kembali mengatakan kepada Salim,
"Nah, sekarang kita telah berada di luar Baitullah, mintalah hajat kepadaku, wahai cucu Ibnul Khattab."
"Tetapi manakah yang aku minta dari tuan? Hajat duniaku atau hajat ukhrawiku?" Tanya Salim ibn 'Abdullah.
"Tentu saja hajat duniawimu. Mana mungkin aku memberimu hajat ukhrawimu," jawab sang khalifah.
"Maaf, tuan. Demi Allah! Aku tidak sekalipun meminta dunia kepada Dzat Yang menguasainya, lalu bagaimana mungkin aku meminta dunia kepada orang yang tidak mengusai dan memilikinya?" ujar Salim ibn 'Abdullah sembari berlalu dari hadapan sang khalifah. Dan khalifah itu diam. Terhenyak.
Readmore »