Mari beriman sejenak bersama kami ….

Mari beriman sejenak bersama kami ….
Oleh : Syekh Muhammad Hasan
Segala puji bagi hanya milik Allah. Shalawat dan salam semoga tetap kepada Muhammad bin Abdillah, dia adalah hamba dan utusan Allah, juga kepada keluarga dan sahabatnya semuanya.
Waba’du:
Saudaraku yang kucintai karena Allah ...
Pada pertemuan kali ini, kami ingin mengangkat tema: mari beriman sejenak bersama kami. Semoga waktu yang sedikit mampu kita manfaatkan sebaik-baiknya, untuk menyegarkan kembali iman yang ada di dalam hati kita. Ada tiga hal yang akan kita bicarakan:

Pertama, senantiasa perbarui imanmu...
Saudaraku ...
Iman itu adalah ucapan dan perbuatan yang disertai dengan pembenaran atau keyakinan. Iman itu juga bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. "Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)." (QS. Al-Fath: 4)
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah hati itu melainkan ia juga memiliki awan, sebagaimana pula rembulan yang bercahaya. Jika awan itu tebal, maka ia tidak nampak, dan jika awan itu menghilang, maka ia menjadi terang." (HR. Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Ausath)
Ketika kemaksiatan itu menumpuk, maka kemaksiatan itu akan menutupi cahaya iman yang ada di dalam hati. Sebagaiamana rembulan, ketika awan itu tebal, maka cahaya rembulan itu tertutup sehingga tidak dapat menyinari bumi. Oleh karena itu, perlu kiranya hati itu senantiasa diperbaiki dengan menyegarkannya kembali dengan materi-materi yang dapat menguatkan iman. Seperti membaca Al-Qur'an, dzikir, membaca shalawat, ziyarah kubur, bertaubat dan beristighfar, mengunjungi suadara yang sedang sakit, menjaga sholat lima waktu dengan berjama'ah di masjid, menyantuni fakir miskin dan yatim piatu, serta orang-orang membutuhkan bantuan.
Ini hanyalah sebagian saja dari materi-materi yang dapat menyegarkan kembali hati yang tertutup oleh awan kemaksiatan.
Hati itu laksana raja yang mengendalikan seluruh rakyatnya. Jika raja itu baik, maka rakyat akan baik, jika raja itu rusak, maka rusak pula rakyatnya. Demikianlah sabda Rasulullah, " ..., ingatlah, bahwa di dalam diri manusia ada segumpal daging, jika ia baik, maka baik pula seluruh fisiknya, jika ia rusak, maka rusak pula seluruh fisiknya. Ketahuilah, bahwa yang dimaksudkan daging itu adalah hati." (HR. Bukhari, Muslim dan juga lainnya)
Demi Allah, tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan hanya Dia, bahwa tidak ada sesuatu yang lebih mempercepat hati itu gelap dan tertutupi oleh awan dosa melainkan zaman sekarang ini. – artinya, zaman sekarang ini perilaku manusia seringkali menyimpang dari jalan Alloh serta kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap penjagaan hati (iman). Karenanya, seorang muslim, harus senantiasa mengawasi dan memperhatikan imannya.

Kedua, rendahnya rasa takut kepada Allah
Alloh berfirman, yang artinya, "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hadid: 16)
Bukankah sekarang ini, adalah waktu bagi orang-orang yang meng-Esakan Allah dan menjadikan Muhammad sebagai teladannya untuk tunduk terhadap kemuliaan dan keagungan Allah, patuh terhadap aturan-aturanNya, meninggalkan larangan-laranganNya serta memperhatikan batasan-batasan hukum yang Allah tetapkan??!
Saudaraku ....
Sungguh, lemahnya rasa takut kepada Allah Azza Wa Jalla itu menunjukkan bahwa hati itu keras, gelap dan banyak penyakit. Sekarang ini, banyak sekali orang-orang yang mendengar ayat-ayat Allah itu dibaca, namun air matanya tidak dapat keluar, hatinya tidak tergerak untuk melakukan kebaikan, fisiknya tidak mentaati Allah, dan juga dirinya tidak tergetar!!!
Kuatnya rasa takut kepada Allah itu menunjukkan iman yang bagus dan seseorang itu telah merasakan manisnya iman.
Karenanya, tergantung imanmu kepada Allah; cintamu kepada Allah; ma'rifatmu kepada Allah, rasa malumu kepada-Nya, rasa takutmu kepada-Nya dan muroqabahmu kepada-Nya.
Tetapi ternyata, banyak orang yang tidak mengerti: apakah hatinya itu lembut atau keras ....?!! Mereka berani bermaksiat kepada Allah, seakan-akan Allah tidak melihatnya, Allah tidak mendengarnya dan Allah tidak mengawasinya ….
Karena itulah, Nabi SAW bersabda, " ...., demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian, dan juga orang yang paling takwa kepada-Nya ..." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga, ke manakah kita akan kembali ...
Inilah yang banyak dilalaikan oleh manusia. Bertaubatlah wahai para pezina, para peminun khamr dan para pelaku kemaksiatan. Jika kebaikan yang kalian lakukan, maka akan dibalas dengan kebaikan, jika keburukan yang kalian lakukan, maka keburukan pula yang akan kalian terima. Allah berfirman yang artinya, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Az-Zalzalah: 7-8)