Jamaah sekalian marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah dengan bertaubat sebelum kita menyesal pada saat penyesalan sudah tidak lagi berarti.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوتُ إِلاَّ نَدِمَ ». قَالُوا وَمَا نَدَامَتُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِنْ كَانَ مُحْسِنًا نَدِمَ أَنْ لاَ يَكُونَ ازْدَادَ وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا نَدِمَ أَنْ لاَ يَكُونَ نَزَعَ ».
Rasulullah bersabda, “Semua orang yang meninggal dunia akan menyesal”. Para shahabat bertanya, “Bagaimana penyesalannya wahai rasulullah?”. Nabi menjawab, “Orang yang baik menyesal mengapa tidak menambah kebaikan. Sedangkan orang tidak baik menyesal mengapa tidak berhenti dari maksiat” (HR Tirmidzi no 2403, dinilai al Albani sebagai hadits yang sangat lemah/dhaif jiddan).
Al Auza’I berkata, “Tidak ada waktu sesaatpun di dunia ini kecuali pasti akan ditunjukkan kepada seorang hamba pada hari Kiamat nanti, hari demi hari dan jam demi jam. Tidak ada sesaatpun yang berlalu tanpa mengingat Allah melainkan napasnya tersedak karena menyesal. Bagaimanakah lagi jika yang berlalu adalah jam demi jam, hari demi hari dan malam demi malam”.
Selama orang itu masih hidup maka angan-angannya tentang dunia tidak pernah berakhir dan setanpun menunda-nunda waktu untuk bertaubat hingga di akhir umur. Begitu kematian tiba maka terkumpullah pada dirinya sakitnya proses kematian dan penyesalan mengapa belum punya bekal berupa amal shalih yang memadai untuk menghadapNya. Inilah keadaan kebanyakan manusia.
Allah karena itu Allah telah memperingatkan hamba-hambaNya agar bersiap menghadapi kematian dengan bertaubat dan amal shalih, QS az Zumar:54.
Ibnul Mubarak berkata, “Waspadailah sakaratul maut dan penyesalan, dengan datangnya kematian secara tiba-tiba sedangkan engkau dalam kelalaian. Saat itu tidak ada yang bisa menggambarkan apa yang kau jumpai dan seberapa kadar kesulitan yang kau saksikan”.
Berkaitan dengan taubat dan amal shalih, manusia terbagi menjadi beberapa kategori.
Ada yang tidak diberi taufik untuk bertaubat bahkan dimudahkan untuk melakukan beragam maksiat dari awal hidupnya hingga dia mengakhiri hidupnya. Inilah orang yang celaka.
Yang lebih jelek lagi adalah orang yang pada awal hidupnya dimudahkan untuk melakukan ketaatan namun dia akhirnya hidupnya dengan amal keburukan.
Ada juga yang menghabiskan hidupnya dalam kelalaian lalu mendapat hidayah sehingga akhir hidupnya adalah penuh dengan amal shalih.
Shahabat Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash mengatakan,
مَنْ تَابَ قَبْلَ مَوْتِهِ عَامًا تِيبَ عَلَيْهِ ، وَمَنْ تَابَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِشَهْرٍ تِيبَ عَلَيْهِ ، حَتَّى قَالَ : يَوْمًا ، حَتَّى قَالَ : سَاعَةً ، حَتَّى قَالَ : فُوَاقًا ، قَالَ : قَالَ الرَّجُلُ : أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ مُشْرِكًا أَسْلَمَ ؟ قَالَ : إِنَّمَا أُحَدِّثُكُمْ كَمَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ.
“Siapa yang bertaubat setahun sebelum kematiannya maka Allah pasti menerima taubatnya. Siapa yang bertaubat sebulan sebelum kematiannya maka taubatnya pasti diterima”. Sampai beliau katakan, meski sehari, satu jam bahkan meski sebelum hembusan napas yang terakhir. Ada yang bertanya, “Meskipun dahulunya dia adalah musyrik lalu masuk Islam?” beliau menjawab, “Yang kusampaikan kepada kalian hanyalah yang kudengar dari rasulullah” (HR Ahmad no 6920, komentar Syuaib al Arnauth, ‘hasan li ghairihi/hasan karena dikuatkan oleh riwayat yang lain).
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ : وَعِزَّتِكَ وَجَلاَلِكَ لاَ أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتِ الأَرْوَاحُ فِيهِمْ ، فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ : فَبِعِزَّتِي وَجَلاَلِي لاَ أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي.
Dari Abu Said al Khudri, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Iblis berkata kepada rabbnya, ‘Demi kemuliaan dan keagunganMu akan terus berusaha menyesatkan keturunan Adam selama ruh masih ada di badan mereka’. Allah lalu berkata kepadanya, ‘Demi kemuliaan dan keagunganKu, aku akan selalu mengampuni mereka selama mereka mau memohon ampun kepadaKu” (HR Ahmad no 11367, dinilai hasan oleh Syuaib al Arnauth).
Sedangkan kategori manusia yang paling mulia adalah orang yang menghabiskan umurnya untuk ketaatan kemudian ketika ajal hampir tiba diapun sadar dan meningkatkan kesungguhan dalam beramal.
Ketika tugas Nabi sudah hampir selesai Allah menurunkan surat anNashr 1-3 yang berisi perintah untuk bersungguh-sungguh beramal untuk akherat.
Jika manusia yang paling baik saja diperintahkan untuk meninggalkan amal shalih di akhir hidup apalah lagi orang yang bergelimang dengan maksiat dalam kesehariannya.
عن المطلب بن عبد الله ان أبا بكر كان يقول اللهم اجعل خير عمري أخيره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك
Dari al Muthallib bin Abdillah, Abu Bakr sering memanjatkan doa, ‘Ya Allah jadikanlah umurku yang terbaik pada akhirnya dan amalku yang terbaik pada penghujung hidupku serta hari-hari terbaik yang pernah kulalui adalah ketika aku berjumpa denganMu’ (Riwayat Ibnu Abi Syaibah no 29510). [Disarikan dari Maudhuat Shalihah li al Khuthab wa al Mawaizh hal 249-254].
Home » Khutbah Jumat » Bertaubatlah
Bertaubatlah
Label: Khutbah Jumat