Sesungguhnya Allah menguji hamba-hambaNya dengan kesenangan dan kesusahan untuk mengetahui sejauh mana syukur dan sabar yang dia miliki. Siapa yang bersabar ketika mendapat bencana, syukur ketika mendapat nikmat, dan ketika musibah terjadi, dia merendahkan diri dihadapan Allah, mengadukan dosa-dosa dan kelalaiannya lalu memohon rahmat dan ampunanNya maka dialah orang yang benar-benar beruntung.
Allah berfirman,
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Yang artinya, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan” (QS al Anbiya:35).
Yang dimaksud dengan fitnah dalam ayat di atas adalah ujian, sehingga diketahui siapakah yang jujur dan siapakah yang dusta, siapa yang sabar dan siapa yang syukur.
Yang dimaksud dengan kebaikan dalam ayat ini adalah berbagai bentuk nikmat seperti tanah yang subur, kesehatan, menang menghadapi musuh dll. Sedangkan pengertian keburukan adalah berbagai musibah seperti penyakit, dikuasai musuh, gempa bumi, banjir, angin putting beliung, tanah longsor dll.
Allah berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS ar Rum:41).
Maksudnya segala takdir yang Allah tetapkan baik berupa nikmat ataupun musibah serta berbagai kerusakan yang nampak adalah dimaksudkan supaya manusia mau kembali kepada kebenaran dan segera bertaubat dari dosa yang ia lakukan, serta segera kembali untuk taat kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya kekafiran dan kemaksiatan adalah sebab segala bencana dan malapetaka di dunia dan akherat. Sebaliknya tauhid, iman, taat kepada Allah dan RasulNya, komitmen dengan syariat, mendakwahkan agama dan mengingkari orang-orang yang menentang agama adalah sebab adanya kebaikan di dunia dan akherat. Tegar di atas itu semua dan tolong menolong untuk melaksanakannya adalah kemulian di dunia dan akherat, sebab terbebas dari segala mara bahaya, QS al A’raf:96.
Dalam beberapa ayat, Allah menjelaskan bahwa sebab terjadinya berbagai azab pada umat terdahulu adalah kekafiran dan kemaksiatan
فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنبِهِ
Yang artinya, “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya” (QS al Ankabut:40).
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ
Yang artinya, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS asy Syura:30).
Allah perintahkan kita untuk bertaubat dan merendahkan diri kepadaNya ketika berbagai musibah terjadi.
فَلَوْلاَ إِذَاجَآءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Yang artinya, “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan” (QS al An’am:43).
Dalam ayat ini, Allah memberi motivasi kepada para hambaNya agar mereka senantiasa merendahkan diri dihadapanNya, serta senantiasa memohon bantuanNya ketika berbagai musibah terjadi, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, berbagai kecelakaan dll. Kemudian Alloh menjelaskan bahwa kerasnya hati dan tipuan setan akan menjadikan amal jelek dianggap baik yang menghalangi mereka untuk bertaubat dan merendahkan diri di hadapanNya.
Oleh karena itu ketika terjadi gempa bumi di masa Umar bin Abdul Aziz, beliau mengirimkan surat kepada para gubernur yang berisi perintah supaya kaum muslimin bertaubat, merendahkan diri di hadapan Allah dan meninggalkan berbagai dosa.
Berbagai musibah yang mengepung tanah air kita akhir-akhir ini yang datang silih berganti, adalah merupakan akibat dari kekafiran dan kemaksiatan, tidak mau mentaati aturanNya, cinta dunia dan segala kesenangan yang ada, berpaling dari akherat, dan tidak mau menyiapkan bekal untuk akherat bagi dirinya dan orang-orang yang dia sayangi.
Berbagai musibah ini mengharuskan kita untuk segera bertaubat kapadaNya dari dosa yang kita lakukan, bersegera untuk mentaatiNya, menerapkan aturanNya, saling menolong untuk berbuat baik dan bertakwa dan mendakwahkan kebenaran. Jika ini semua dilaksanakan maka Alloh akan mencurahkan berbagai nikmatNya kepada kita.
Dalam berbagai ayat Allah menegaskan bahwa kasih sayangNya dan berbagai nikmatNya yang lain hanya akan didapatkan dengan sempurna dan dilanjutkan dengan kenikmatan di akherat untuk orang-orang yang bertakwa, beriman, mentaati rasulNya, konsisten di atas syariat dan bertaubat dari berbagai dosa.
Sedangkan orang-orang yang tidak mau taat, sombong untuk menunaikan hak Allah, dan bertahan untuk tetap dalam kekafiran dan kemaksiatan maka Allah mengancam dengan berbagai hukuman di dunia dan akherat bahkan ada hukuman yang disegerakan di dunia sebagai peringatan dan pelajaran bagi yang lain
فَلَمَّا نَسُوا مَاذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَآأُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ {44} فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {45}
Yang artinya, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS al An’am:44-45).
Marilah kita merenungkan amal yang telah kita lakukan, lalu bertaubat, segera melakukan ketaatan, dan meninggalkan maksiat serta hendaknya kita mengambil pelajaran dari berbagai bencana yang terjadi disebabkan dosa dan maksiat. (Diolah dari Majmu Fatawa Ibnu Baz 2/127-133).
Home » Akidah » Indonesia Dikepung Bencana
Indonesia Dikepung Bencana
Label: Akidah